TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia berpeluang mengisi pasar buah nasional, regional bahkan global. Produksi buah-buahan Indonesia tercatat 21 juta ton, namun nilai ekspor baru mencapai 317 ton atau baru sekitar 1,5 persen. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas buah-buahan nasional sebagai prasyarat ekspor terus menjadi perhatian Kementerian Pertanian.
Dengan demikian desain pengembangan buah nasional harus disesuaikan dengan dinamika global yang terus berkembang. Menyikapi hal itu, Direktorat Jenderal Hortikultura menyelenggarakan Focus Grup Discussion (FGD) terkait Grand Design Pengembangan Buah dan Florikultura di Bogor, Rabu (17/10).
"Peluang buah dan tanaman hias dari negara tropis seperti Indonesia terbuka sangat lebar. Potensi tersebut harus diimbangi dengan kesiapan kualitas dan memiliki daya saing. Produknya harus bisa tersedia kapan saja dibutuhkan sesuai spesifikasi yang diminta," ujar Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik dalam pemaparannya.
Problem mendasar buah-buahan nasional, kata Yasid, bukan karena tidak ada barangnya, tapi terpencar kecil-kecil di banyak lokasi sehingga biaya operasional dan distribusinya tinggi.
Baca: Kejar Produksi Kedelai, Kementan Terapkan Sistem Tusip
"Tantangan persaingan pasar global dan proteksi dari negara-negara tujuan ekspor semakin ketat. Skema tarif makin tidak populer. Akan lebih banyak pertarungan non tarif measurements (NTMs). Butuh tim negosiator dagang yang handal agar produk hortikultura kita bisa dipasarkan lebih luas lagi. Kebun-kebun buah yang tersertifikasi GAP juga harus ditingkatkan jumlahnya," imbuhnya.
Menambahkan, Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman menekankan pentingnya skala usaha dan keterpaduan dalam pengembangan buah dan florikultura nasional.
"Kita harus keluar dari mindset lama yang mengembangkan buah di spot-spot kecil. Desain kawasan produksi ke depan harus memenuhi skala ekonomi tertentu dan ramah terhadap tuntutan pasar lokal maupun ekspor. One region one variety atau satu kawasan satu varietas menjadi pilihan strategis. Sejak awal pelaku usaha perlu dilibatkan sebagai pengungkit pasar. Produk yang dihasilkan petani sejak awal sudah harus didesain untuk memenuhi standar permintaan pasar," ujar Liferdi.
Konsep dasar pembagian perannya, kata Liferdi, adalah Direktorat komoditas menjadi imam, sedangkan direktorat dan instansi terkait lainnya mendukung. Misalnya Direktorat Buah dan Florikultura mengembangkan kawasan durian 200 hektare di satu daerah, harus didukung oleh lintas eselon 2, lintas eselon 1 bahkan lintas Kementerian/Lembaga. Bupati/Walikota setempat beserta dukungan SKPD," tandas Liferdi.
Baca: Warek IPB Bangga Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan Petani Makin Membaik
Liferdi menjelaskan, tahun 2020 pihaknya akan mengembangkan berbagai komoditas buah unggulan seperti manggis, mangga, durian, pisang, nenas, lengkeng, jeruk, salak dan alpukat. Selain itu kawasan tanaman hias berorientasi ekspor seperti krisan, mawar, melati dan leatherleaf juga akan dipacu.
"Varietas yang dipilih harus benar-benar unggul dan disukai pasar. Contoh manggis tembilahan, durian tembaga, pisang mas kirana, jeruk gerga, lengkeng kateki, nenas smooth cayene, mangga arumanis, salak pondoh dan sebagainya. Pelaku usaha kita ajak terlibat sejak awal di kawasan-kawasan pengembangan buah dan florikultura tersebut agar apa yang diproduksi nyambung dengan keinginan pasar," paparnya.
"buah" - Google Berita
October 20, 2019 at 03:38PM
https://ift.tt/2P6GJhx
Kementan Desain Kawasan Buah dan Tanaman Hias Orientasi Ekspor - Tribunnews
"buah" - Google Berita
https://ift.tt/2ZJsuGa
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kementan Desain Kawasan Buah dan Tanaman Hias Orientasi Ekspor - Tribunnews"
Post a Comment