TEMPO.CO, Palembang - Sumatera Selatan (Sumsel) memang tak bisa dicoret dari koleksi buah-buahan hutan. Kali ini, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (Pali), Sumsel, menawarkan kepada wisatawan kekayaan buah yang dipetik dari rimbanya.
Salah satunya asem paye. Dari bentuk dan warna kulitnya, banyak yang mengira buah yang tumbuh di hutan itu adalah salak. Bedanya, meskipun bersisik mirip salak pondoh, ukurannya lebih kecil.
Erizon, Kepala Dinas Pertanian Pali mengenalkan buah tersebut sebagai buah kelubi, yang warga Pali sebut sebagai asem paye.
Bagaimana rasanya? Rasanya tidak terlalu manis cenderung asam dan kelat atau sepat. “Ada pula Putaran namanya yang persis buah Mangga bentuknya bulat,” katanya, Sabtu, 11 Januari 2020.
Ditemui disela-sela festival “buah dan pertanian unggulan III” di halaman Griya Agung, Palembang, ia sempat menunjukkan macam-macam buah yang berasal dari dalam rimba di Kabupaten Pali. Buah tersebut seperti durian hutan, petanang dan raman.
Sebagai buah yang terancam punah, Dinas Pertanian Pali yang dia pimpin sedang melakukan pendataan secara menyeluruh di hutan-hutan pedalaman. Selain itu Dinas Pertanian juga melakukan pembibitan baik dari biji, cangkok, okulasi.
“Durian hutan ini saja akan habis kalau tidak kami lestarikan. Batangnya banyak ditemukan di dataran tinggi seperti di kecamatan Talang Ubi dan Penukal,” ujarnya.
Berikut buah-buahan hutan Kabupaten Pali, sebagaimana data dari Dinas Pertanian Kabupaten Pali.
Buah asam paye atau buah kelumbi masih bisa dicicipi hingga saat ini. Rasanya asam menjadi buah ini banyak digunakan untuk asinan. TEMPO/Parliza Hendrawan
Asem Paye
Buah ini tumbuh di pedalaman kabupaten Pali. Rasanya yang asam dan agak kelat itu banyak dijadikan sebagai asinan, bahkan diolah menjadi sambal oleh warga setempat. Saat ini keberadaan buah tersebut terancam hilang, lantaran tersisih oleh buah-buah lain yang mudah didapat dengan rasa yang lebih manis.
Durian Hutan
Sama halnya dengan durian pada umunya, buah yang satu ini juga memiliki duri tajam di sekeliling kulitnya. Hanya saja durian hutan kata Erizon ukurannya lebih kecil dan tidak memiliki ruas. Rasanya tetap manis namun aromanya tidak menyengat sebagaimana durian tembaga maupun durian bantal.
Buah Raman
Rasanya asam akan tetapi buah ini banyak digemari oleh warga Pali dan Sumatera Selatan pada umumnya. Selain dimakan dalam kondisi segar dan sebelum diolah, buah ini juga kerap dijadikan sambal maupun manisan. Bentuk buahnya dan isinya mirip buah mangga namun dengan ukuran yang agak kecil. Warnanya akan semakin menguning bila buah tersebut siap dipanen.
Buah Petanang
Saat ini keberadaan Pohon petanang mulai langka di Pali. Pohonnya yang besar tinggi dan lurus, hampir tanpa lengkungan membuat pohon tersebut sering ditebang untuk dijadikan papan. Buahnya mirip buah mangga dengan ukuran lebih kecil dan rasanya tidak terlalu manis sebagai mana mangga apel.
Buah putaran merupakan salah satu buah yang tumbuh di rimba Kabupaten Pali. Hanya saja sebagian buah ini terancam punah karena pohonnya banyak ditebangi. TEMPO/Parliza Hendrawan
Buah Putaran
Buah putaran hampir menyerupai buah embacang dan juga mangga. Hanya saja rasanya asem dan dagingnya agak kasar. Dengan rasanya yang asem, warga Pali banyak menjadikannya sebagai campuran rujak buah, sambel dan asinan.
Sekadar catatan, Kabupaten Panukal Abab Lematang Ilir (Pali) memiliki lima kecamatan dengan luas mencapai 1.840,0 km2. Berjarak sekitar 170 km atau tiga jam perjalanan darat dari kota Palembang. Di sana juga terdapat potensi olahraga wisata seperti golf.
Akses ke Pali juga terbilang mudah, dari Palembang bisa menggunakan angkutan antar kota dalam provinsi dan mobil milik agen travel.
"buah" - Google Berita
January 12, 2020 at 10:25AM
https://ift.tt/2TeHl6X
Mencicipi Buah Rimba Pali yang Kian Langka - Tempo
"buah" - Google Berita
https://ift.tt/2ZJsuGa
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mencicipi Buah Rimba Pali yang Kian Langka - Tempo"
Post a Comment